A
grateful Michael and Laura Cockerham with Phineas. The family's
terrifying story began in May, 2010, when the little boy suddenly
become lethargic and developed a temperature
Kondisi mengerikan yang dialami bayi Phineas bermula pada Mei 2010, saat Phineas tiba-tiba lesu dan demam.
Bayi Phineas yang saat itu masih berusia 3 minggu tiba-tiba lesu dan demam. Karena khawatir dengan kondisi Phineas yang saat itu masih berusia 3 minggu, keesokan paginya orangtuanya Michael dan Laura langsung membawanya ke Queen Mary’s Hospitals yang didiagnosis terkena infeksi virus dan menyuruhnya pulang.
Tapi beberapa jam kemudian, kondisi Phineas memburuk dan ia pun dibawa ke rumah sakit lain yaitu Darent Valley Hospital. Saat melihat kondisinya yang bertambah lesu dan kurang responsif, perawat pun memanggil konsultan.
Namun saat itu dokter tidak tahu apa yang menyebabkan gejala tersebut. Phineas pun mulai kekurangan oksigen dan kadar gula darahnya sangat rendah sehingga berisiko merusak otak dan berakibat fatal.
"Semua terjadi begitu cepat, 1 menit ia diketahui terserang virus dan menit berikutnya ia sudah dekat dengan kematian," ujar Michael (42 tahun), seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (5/4/2012).
Setelah 24 jam di rumah sakit, dokter pun memutuskan untuk merujuk Phineas ke Evelina Children’s Hospital. Saat dipindahkan ada banyak pompa dan alat yang menempel di tubuhnya, semuanya dikontrol dari suhu tubuh, detak jantung dan kadar oksigen.
Staf medis berhasil menjaga Phineas tetap hidup dan berusaha menstabilkan kondisinya. Namun tiba-tiba suhu tubuhnya meningkat hingga 39 derajat celsius, petugas medis pun memberikannya sejumlah besar antibiotik dan antivirus untuk menolongnya.
Phineas pun harus menjalani rontgen dada, pemeriksaan cairan tulang belakang untuk mengetahu tanda-tanda peradangan otak, tes darah dan tes urine. Namun saat itu para dokter belum mengetahui penyebab pastinya.
It
was a desperately fraught time for Michael and Laura, made worse by
the fact that they weren't able to hold their son, because of the
machines and wires keeping him alive
"Salah satu dokter akhirnya datang pada kami untuk memberitahu bahwa kondisi Phineas sudah stabil dan berhasil melalui masa kritisnya. Saat itu saya melihat Laura menangis karena merasa lega sekaligus khawatir," ujar Michael.
Phineas pun akhirnya dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke ruang rawat biasa dan 5 hari kemudian petugas medis berhasil menemukan penyebab penyakitnya yaitu akibat Parechovirus.
Parechovirus adalah virus yang umum dan sering tidak menyebabkan masalah selain demam serta tidak enak badan. Tapi karena Phineas saat itu masih sangat muda jadi sistem kekebalan tubuhnya belum matang dan kewalahan menghadapi serangan virus.
Virus ini ditularkan dalam cairan tubuh, tapi dokter masih belum yakin mengapa hal itu bisa terjadi. Reaksi parah terhadap patogen merupakan hal langka dan pada bayi yang baru lahir bisa memiliki efek yang lebih serius.
Seminggu kemudian Phineas sudah cukup sehat untuk pulang dan kini Phineas yang berusia 2 tahun tumbuh sebagai anak yang sehat.
Untuk mengungkapkan rasa terimakasihnya, ayah Phineas, Michael melacak semua staf yang turut membantu menyelamatkan anaknya dan mendokumentasikannya dalam sebuah buku.
"Ia hanya seorang bayi kecil, tapi begitu banyak orang yang berjuang untuk menyelamatkan hidupnya dan membuatnya tetap bertahan. Saya akan tunjukkan dan bercerita pada Phineas tentang semua orang yang luar biasa ini," ujar Michael.
Untuk menyelamatkan 1 nyawa Phineas ini melibatkan 63 tenaga medis dan ilmuwan yang terdiri dari 7 dokter, 18 perawat, 22 ilmuwan, 5 staf pendukung rumah sakit, 1 orang profesor serta 1 resepsionis. Kesemuanya berasal dari beberapa rumah sakit berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar