Dari ilmu biologi, kita telah mempelajari tentang evolusi manusia
yang telah berjalan selama jutaan, tetapi tulisan ini tidak ingin
berkutat pada bagaimana manusia berevolusi dari kera, tetapi ingin
menyatakan, bahwa betapa ilmu pengetahuan bisa memberikan jawaban ilmiah
tentang betapa panjangnya rentang waktu kehidupan ini telah
berlangsung.
Perkembangan ilmu pengetahuan juga telah memberikan gambaran yang
semakin mendalam tentang keberadaan manusia di dalam semesta ini. Sudah
ribuan tahun manusia merumuskan keberaaaannya di permukaan suatu daratan
yang kemudia terdefinisi sebagai planet bumi, dan bahwa planet bumi
sudah berusia sangat tua; demikian, sudah banyak bukti dikumpulkan untuk
menjelaskan asal usul dan usia planet bumi. Berapa lama keberadaan
manusia di bumi dan sudah berapa tua planet bumi, dapat ditentukan
karena begitu banyaknya bukti yang tersedia dan ide-ide yang mendasari
teori yang ada dapat (dan sudah) diuji berbagai experimen.
Kemudian pusat perhatian kita pindahkan, bahwa ternyata bumi dapat
dinyatakan sebagai anggota kecil tata surya yang berpusat di matahari,
bahwa matahari hanyalah anggota liliput dari milyaran bintang-bintang
dalam suatu gugusan (galaksi), bahwa terdapat banyak sekali galaksi di
alam semesta. Pertanyaannya adalah, bagaimana manusia dapat menjelaskan
ini, dan sudah seberapa tua kah semesta ini? Bagaimana kita tahu umur
semesta?
Semesta secara astronomi adalah semua hal yang bisa diamati. Bisa
diamati berarti bahwa, ‘suatu bagian’ dari semesta bisa dilihat,
diperoleh informasi-nya, dan dipelajari pesan dari informasi tersebut.
Suatu bagian itu sendiri bisa jadi berada sangat jauh dari jangkauan
manusia, sebagai contoh, bulan sebagai obyek langit yang ‘dekat’,
sekalipun manusia pernah mendarat di bulan, tetapi upaya untuk memahami
bulan tidak akan cukup dengan dua tiga kali pendaratan; dengan demikian,
mau tidak mau untuk memahami informasi dari obyek-obyek yang jauh
tersebut kita hanya bisa bersandar pada informasi yang sampai kepada
kita. Bentuk informasi yang sampai kepada kita secara universal adalah
cahaya, baik cahaya tampak ataupun energi dalam bentuk yang lain kepada
kita dari berbagai sudut semesta ini, e.g. kita bisa memahami bulan dari
cahaya matahari yang dipantulkan oleh permukaan bulan, kita bisa
bercerita banyak tentang bintang dari kerlap-kerlip bintang di waktu
malam, matahari di waktu siang, atau bercerita tentang galaksi melalui
gelombang radio yang sampai ke kita.
Tugas para ahli astronomi kemudian adalah menelaah informasi yang ada
tersebut dan menyusun gambaran tentang semesta kita. Bagaimana
menyusunnya? Pertama, melakukan pengamatan dan pengukuran dengan
berhati-hati, kedua, menggunakan hukum-hukum fisika yang sahih membangun
model dan teori yang diharapkan bisa menjelaskan fenomena yang
teramati, kemudian, melepaskan semua prasangka dan hal-hal yang
mempengaruhi penilaian kita terhadap penjelasan sehingga menjadi hasil
yang obyektif. Lalu bagaimanakah gambarannya?
Kita mulai dari Bumi kita sendiri, Bumi adalah planet ketiga, dari
delapan planet yang tercatat mengitari suatu bintang yang bernama
Matahari, lengkap dengan planet-planet kerdil yang banyak sekali
jumlahnya. Dengan demikian, keluarga Bumi dinamai sebagai Tata Surya. Di
dalam keluarga Tata Surya terdapat lusinan bulan dan tak terhitung
jumlahnya kepingan batuan dan bongkahan es yang tersisa dari pembentukan
sistem Tata Surya. Bukti untuk hal ini sudah banyak terkumpul, mulai
dari batu-batu yang dibawa dari bulan, pecahan batu yang jatuh dari
langit (meteorit), dan debu antariksa yang diambil jauh di luar
atmosfer.
Kemudian, beralih ke Matahari, Matahari hanyalah satu dari milyaran
bintang yang membentuk gugusan bintang yang kita namakan galaksi Bima
Sakti (Milky Way), di antara ratusan bintang yang telah dipelajari
memiliki planet, sebagaimana Matahari. Ada bintang yang terbukti lebih
tua dari Matahari, ada juga yang baru terbentuk dari bahan mentah
galaksi.
Jadi sudah berapa jauh jarak yang sudah kita tempuh berdasarkan
gambaran tadi? Jika semua informasi tersebut dibawa oleh cahaya,
sementara cahaya bergerak dengan laju 300.000 km per detik. Dengan
pengetahuan ini, didapat bahwa, untuk bintang yang paling dekat dengan
Matahari membutuhkan waktu 4,3 tahun untuk cahayanya sampai ke pengamat
di Bumi; dan dibutuhkan 100.000 tahun untuk cahaya melintasi galaksi
Bima Sakti. Dengan demikian diperkenalkan satu satuan jarak yang disebut
sebagai satuan tahun cahaya, sehingga jarak bintang yang paling dekat
dengan Bumi adalah 4,3 tahun cahaya, dan satu tahun cahaya adalah
sebesar 9500 milyar kilometer.
Jauh diluar galaksi Bima Sakti, terdapat galaksi-galaksi yang lain.
Pengamatan dengan teleskop terbesar di dunia menunjukkan bahwa milyaran
galaksi pada setiap arah kita pandangi langit. Disekitar galaksi kita
terdapat satu yang lebih besar dari galaksi kita pada konstelasi
Andromeda, berjarak 2.4 juta tahun cahaya. Jadi jika kita melihat
galaksi Andromeda malam ini, kita telah melihat cahaya yang berasal dari
sana setelah 2.4 juta tahun yang lalu, (apakah pada saat itu manusia
sudah ada?). Itu baru dari satu galaksi yang bertetangga dekat dengan
galaksi kita, sementara masih banyak galaksi yang jaraknya lebih jauh
lagi. Jadi berapa umur alam semesta ini? Apakah sejauh ‘mata memandang?’
Ahli astronomi juga merumuskan skala yang serupa untuk waktu.
Pengukuran yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semesta terbentuk
sekitar 14 milyar tahun lalu dalam suatu keadaan yang sangat rapat dan
panas, dikenal sebagai Ledakan Besar (Big Bang). Matahari dan Bumi
terbentuk dari “bahan baku mentah” gas dan debu Bima Sakti, sekitar 4,5 –
4,6 milyar tahun yang lalu. Bukti adanya kehidupan di Bumi yang paling
awal telah ada sekitar 3,7 milyar tahun yang lalu. Dengan skala yang
seperti ini, jika catatan adanya peradaban manusia berumur sekitar 5000
tahun yang lalu, betapa umur manusia jauh sangat muda dibandingkan umur
semesta ini, tetapi bagaimana kita bisa menghitung umur semesta yang
sudah sangat tua? Kita akan sampai kesana.
Alam Semesta Dalam Deskripsi
Senin, 19 Maret 2012
Label:
Tips Info Astronomi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar