Ed Houben (42) pria asal Belanda ini boleh menggratiskan jasa bikin anak kepada pelanggannya di seluruh dunia. Di luar jasa gratis Houben, sesungguhnya bisnis sperma punya nilai yang sangat besar di dunia. Data dari majalah TIME terbitan terbaru, bisnis sperma pada tahun 2008 bernilai USD 37 juta atau sekitar Rp 337 miliar.
Satu hal yang menjadikan sperma sebagai komoditas menguntungkan adalah basis pasar yang sangat besar. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi ada sekitar 60-80 juta pasangan tidak subur di seluruh dunia.
Sebelumnya, pasar bagi bisnis sperma adalah pasangan yang tidak subur. Namun, kemudian berkembang pada pasangan sejenis serta orangtua tunggal. Dua kelompok yang diperkirakan angkanya mencapai 60 persen pasar.
Sejauh ini, Amerika Serikat masih memimpin dalam bisnis sperma di dunia. ABC news melaporkan, AS memimpin dengan pangsa pasar 65 persen di seluruh dunia. Sperma dengan bapak tanpa nama menunjang 'sukses' Amerika ini. Tetapi, faktor profil calon ayah juga berpengaruh.
Sperma seorang pria selain dinilai dari tingkat kesuburannya, juga karena penampilan fisik, tinggi badan, dan pendidikannya. Sperma seorang PhD misalnya, bisa berharga USD 500 atau sekitar Rp 4,5 juta sekali ejakulasi. Untuk latar belakang pendidikan lebih rendah, misalnya anak kuliahan, nilainya sekitar USD 60 atau sekitar Rp 550.000. Tergantung pada tingkat kesuburan, terutama setelah melalui proses pembekuan, seorang donor sperma bisa menggaet USD 60.000 atau Rp 546 juta dalam dua tahun. Seorang donor, maksimal bisa digunakan dalam tempo dua tahun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar