Pada awalnya, bumi ini diciptakan dengan Satu bahasa saja, sama sekali tidak terdapat. Tapi ketika peristiwa itu terjadi semuanya berubah...
[AkhirZaman.org] Ketika dilihat
TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka
menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal
itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan
manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun
hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku
menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." Tetapi Nuh mendapat
kasih karunia di mata TUHAN.
Maka terjadilah air bah menimpa bumi membinasakan semua yang ada didalamnya, membersihkan dunia dan segala isinya, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Tetapi nuh beserta keluarganya selamat oleh bahterah sesuai dengan Firman Tuhan.
Untuk mengisi kembali bumi yang sunyi
sepi, Allah memelihara satu keluarga saja, yaitu rumah tanggah Nabi Nuh.
Kepadanya dia berkata, “Sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.” Kejadian 7:1. Tetapi didalam diri ketigah anak-anak Nuh—Sem, Ham dan Yafet—terbayang karakter keturunan mereka.
Nuh melalui ilham, berkata-kata
menubuatkan tiga ras yang besar yang akan muncul dari leluhur umat
manusai itu. Menelah keturunan Ham, melalui anak-anaknya, bukan melalui
ayah mereka, Nuh berkata, “(Kejadian 9:25) "Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya." Kejahatan
Ham yang luar bisa menunjukkan adanya kekejian serta kejahatan
wataknya. Sifat-sifat yang jahat ini diteruskan kedalam diri kanaan dan
keturunannya, yang keatasnya Allah jatuhkan hukuman sebab dosa mereka
yang terus-menerus.
Di lain pihak; sikap hormat yang
dinyatakan Sem dan Yafet kepada ayah mereka, yang berarti penurutan
mereka terhadap hukum Ilahi, menjanjikan suatu masa depan yang gemilang
bagi keturunan mereka. Tentang anak-anak mereka dikatakan,
"Terpujilah TUHAN, Allah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba
baginya. Allah meluaskan kiranya tempat kediaman Yafet, dan hendaklah ia
tinggal dalam kemah-kemah.” Kejadian 9:26,27. Terutama keturunan Yafet mereka turut menerima berkat-berkat injil.
Keturunan kanaan merosot dalam suatu
bentuk kekafiran yang paling keji. Sekalipun kutuk yang diucapkan nabi
itu menetapkan mereka kepada perbudakan, kutuk itu di tunda kegenapannya
sampai kejahatan mereka melewati batas sikap panjang sabar Allah.
Kemudian mereka menjadi hamba-hamba kepada keturunan Sem dan Yafet.
Nubuatan Nuh bukanlah untuk menetapkan
tabiat serta nasib anak-anaknya. Tetapi menunjukkan apa yang akan
menjadi akibat jalan hidup mereka yang telah mereka pilih masing-masing,
dan tabiat yang mereka kembangkan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa
anak-anak mewarisi kecenderungan-kecenderungan orang tua mereka, dan
meniru teladan hidup mereka. Dengan demikian kejahatan serta sikap tidak
hurmat yang ada pada diri Ham dipantulkan dalam hidup keturunannya,
serta mendatangkan kutuk atas diri mereka dalam banyak generasi
selanjutnya. Di pihak lain, betapa besarnya pahala yang diberikan atas
sikap rasa hormat Sem terhadap ayahnya; dan betapa agungnya garis
keturunan orang-orang suci yang terlihat dari keturunannya!
Dalam kurun waktu tertentu keturunan Nuh
itu terus bermukim di antara gunung-gunung yang di mana bahtra itu
kandas. Tatkalah jumlah mereka sudah semakin banyak, kemurtadan segera
menimbulkan perpecahan. Mereka mau melupakan Khalik mereka dan
menyisikan tuntutan hukum-hukumNya, merasakan adanya tempelakan terus
menerus dari pengajaran dan teladan hidup dari orang-orang yang takut
akan Tuhan. Tidak lama sesudah itu mereka mengambil keputusan untuk
memisahkan diri. Kemudian merekapun brangkat menuju padang Sinear,
ditepi sungai Efrata. Mereka tertarik dengan keindahan alam sekitarnya
dan kesuburan tanahnya.
Di tempat ini mereka bermaksud
mendirikan suatu kota besar dengan sebuah menara, menara Babel, yang
sangat tinggi didalamnya, sehingga akan menjadi keajaiban dunia. Allah
telah memerintakan mereka untuk pergi menyebar diseluruh permukaan bumi
ini, tetapi para pembangun menara Babel ini bertekat untuk membentuk
suatu masyarakat yang tergabung dalam satu klompok, dan ia membangun
suatu kerajaan yang akhirnya akan mencakup seluruh dunia ini. Dengan
demikian kota mereka akan merupakan satu kota metropolitan kerajaan
dunia. Kemuliaannya akan membuat dunia mengaguminya dan menghormatinya.
Menara yang megah itu, yang punjaknya sampai ke angkasa dimaksudkan
sebagai suatu tuguh peringatan akan kekuasaan dan kebijaksanaan para
pendirinya.
Penduduk padang sinear tidak mempercayai
janji Allah bahwa Ia tidak akan mendatangkan Air bah lagi keatas dunia
ini. Satu tujuan yang ada di hadapan mereka membangun menara ini adalah
untuk menjaga keselamatan mereka seandainya Air Bah yang lain datang
kembali melanda. Dan apabila mereka dapat naik tinggi keawan-awan,
mereka berharap akan dapat memastikan apa penyebab Air Bah itu. Segala
usaha ini di maksudkan untuk mengangkat lebih tinggi lagi kebanggaan
para pembangunnya, dan memalingkan pikiran genarasi menatang dari Allah.
Ketika menara itu sudah selesai separuh,
tiba-tiba pekerjaan yang sedang berlangsung itu dengan cepat terhenti.
Malaikat di suruh menggagalkan maksud para pembangun menara itu. Tuhan
berfirman: Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa
mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing"(kej
11:7). Menara itu telah berjulang tinggi sekali, sebab itu
orang-orang harus ditugaskan di pos yang berbeda-beda, dan masing-masing
mereka harus menerima dan kemudian menyampaikan permintaan bahan-bahan
yang di perlukan kepada orang yang dibawahnya. Sementara pesan
disampaikan dari satu orang kepada orang lain, bahasa mereka tiba-tiba
menjadi kacau, sehingga petunjuk-petunjuk yang di sampaikan sering
bertentangan dengan apa yang telah diberikan. Setiap pekerjaan
terhenti. Tukang-tukang yang bekerja itu tidak memahami apa yang telah
menyebabkan terjadinya salah pengertian yang amat ganjil di antara
mereka, dan dengan rasa marah dan kecewa, mereka saling menyalahkan satu
dan lainnya.
Kini mereka yang saling mengerti bahasa
yang satu dengan lainnya berkumpul bersama-sama. Sebagian pergi ke suatu
tempat dan yang lainnya pergi ke tempat yang lain. ”Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari situ ke seluruh bumi“(kej11:8). Tersebar-luasnya
mereka adalah suatu cara memenuhi kembali bumi ini, dan dengan demikian
maksud TUHAN telah terlaksana melalui satu cara yang telah digunakan
manusia untuk menggagalkannya.
Tetapi betapa satu kerugian besar! Allah
bermaksud supaya apabila manusia pergi mendirikan bangsa-bangsa di
berbagai tempat di bumi ini mereka akan membawa pengetahuan akan terang
kebenaran itu. Nuh, pengkhotba kebenaran yang setia itu, hidup 350 tahun
setelah Air Bah, dan Sem hidup 500 tahun lagi; dengan demikian
keturunan mereka mempunyai satu kesempatan untuk mengetahui
tuntunan-tuntunan Allah, dan sejarah bagaimana Allah telah memperlakukan
leluhur mereka. Tetapi mereka tidak mempunyai kerinduan untuk
memelihara pengetahuan tentang Allah; dan dengan kacaunya bahasa manusia
pada saat itu berarti hubungan mereka telah putus dengan orang yang
sebenarnya dapat memberikan terang kebenaran pada mereka.
Orang-orang Babel telah bertekad untuk
mendirikan suatu pemerintahan yang terlepas dari Allah. Namun ada
beberapa orang diantara mereka yang takut akan Allah. Demi orang-orang
yang setia itu, Tuhan menundah hukuman-Nya dan memberi kesempatan kepada
mereka untuk menyatakan tabiat mereka yang sebenarnya. Anak-anak Allah
berusaha mencegah mereka dari maksud mereka itu, tetapi orang banyak itu
telah bersatu padu untuk menentang surga. Kalau saja mereka dibiarkan,
mereka akan langsung merusakkan kembali akhlak dunia ini pada waktu usia
permulaannya. Apabila permufakatan itu dibiarkan berlarut-larut, maka
suatu kuasa yang hebat akan merajalelah dan menghapuskan kebenaran,
sehingga—lenyaplah damai, kebahagiaan dan keamanan—dari bumi ini.
Mereka yang takut akan Tuhan berseruh kepada-Nya agar Ia segerah turun tangan. “Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu“(kej 11:5). Di
dalam rahmat-Nya kepada dunia ini, Ia telah menggagalkan maksud dan
tujuan para pembangun menara itu. Di dalam kemurahan-Nya Ia telah
mengacaukan bahasa mereka. Tuhan bersikap panjang sabar terhadap
kejatuhan manusia, dengan memberikan kepada mereka kesempatan untuk
bertobat. Dari waktu ke waktu tangan yang tidak kelihatan itu telah
berusaha membendung kejahatan. Bukti yang nyata telah diberikan khalik
semesta alam, adalah pemerintahan surga dan dunia. Tidak seorangpun
dapat menghina kekuasaan-Nya tanpa mendapat hukuman.
Demikianlah mereka diserakkan TUHAN
dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.
Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di
situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah
mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi─ Kejadian 11:8,9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar