EOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Myung Bak
berniat untuk menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat (AS) guna
memperluas jangkauan misil balistiknya. Hal itu dilakukan Korsel untuk
mewaspadai serangan dari Korea Utara (Korut).
Kedua mitra itu
tampak mencoba mengamandemen perjanjiannya pada 2001 yang melarang Seoul
mengembangkan teknologi misil yang sanggup menjangkau target sejauh 300
kilometer. Sebagai gantinya, AS menempatkan 28.500 pasukannya di Korsel
untuk mewaspadai adanya peperangan antara Korsel dan Korut.
"Misil
yang dapat menggempur target sejauh 300 kilometer hanya sanggup
menjangkau wilayah di depan Korut. Kapabilitas kami untuk melakukan
serangan menjadi sangat terbatas," ujar Lee, seperti dikutip AFP, Kamis (22/3/2012).
"AS melihat argumen kami sebagai suatu argumen yang masuk akan, saya yakin, perjanjian ini akan disetujui secepatnya," imbuhnya.
Lee
menjelaskan bahwa misil Korut terbukti sanggup menyerang Pulau Jeju
yang merupakan wilayah Korsel. Korsel pun membutuhkan pembaharuan yang
realistis terhadap misil-misilnya.
Korut tampak mulai menerima
kecaman dari sejumlah negara-negara di dunia ini karena negeri komunis
itu akan meluncurkan satelitnya yang dilengkapi roket jarak jauh.
Sejumlah negara Asia pun marah, begitu pula AS. AS pun berniat untuk
menghentikan bantuan ke Korut karena, peluncuran satelit itu merupakan
hal yang dilarang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Korsel Perluas Jangkauan Misil Balistik
Kamis, 22 Maret 2012
Label:
News
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar