Nymphomania, Wanita Dengan Gairah Seks Yang Tinggi

Jumat, 23 Maret 2012

Share This Article On :
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gairah seks wanita lebih rendah di banding pria. Pernyataan tersebut bisa jadi benar tetapi tidak berlaku bagi wanita penderita Nymphomania.
Anda pernah dengar istilah Nymphomania? Bagi orang awam, Nymphomania sering disamakan sebagai suatu keadaan dimana seorang wanita yang mampu bercinta dengan siapa saja selama berjam-jam tanpa kenal lelah.
Menurut istilah medis, nymphomania tidak dapat disamakan dengan sifat seseorang yang senang bersanggama tanpa pilih-pilih pasangan.
Seorang wanita bisa saja hobi berhubungan seks dengan siapa pun tanpa harus menjadi seorang nymphomaniac. Sebaliknya, seorang nymphomaniac sulit menghindari kebiasaan bersetubuh tanpa pandang bulu. Kasarnya, nih, begitu ‘ting’ langsung ‘hajar’!
Ilmu psikiatri masa kini telah mempersempit definisi nymphomania menjadi sebuah kondisi spesifik dengan tiga elemen yang terpisah.
Yang pertama dan terpenting adalah dorongan seks yang tidak terkontrol-gairah yang begitu konstan dan tidak pernah puas. Gairah ini membuat para penderitanya berkeliaran di jalan-jalan untuk mencari ‘mangsa’. Kalau tidak dapat, dia akan bermasturbasi selama berjam-jam. Dua elemen lain berakar dari usaha untuk memuaskan gairah ini, yaitu sering melakukan kontak seksual, dan melakukannya dengan banyak orang.
Pada dasarnya nymphomaniac adalah pemilik gairah yang tak ada henti-hentinya. Para wanita yang sering berhubungan seks dengan siapa saja biasanya masih mempunyai gairah seks yang normal. Tapi mereka justru terdorong oleh faktor lain, seperti pemberontakan masa remaja, sampai depresi. Motif apa pun penyebabnya, mereka ingin menghindari sesuatu yang menyakitkan dan berusaha memperoleh perasaan dicintai dan disayangi.
Sejak lama, para ahli menaruh perhatian khusus pada nymphomania. Seabad lalu misalnya, para doktor menduga bahwa penyebabnya adalah gangguan menstruasi, wasir, dan cacing usus. Akhirnya para ahli sadar kalau kondisi nymphomania nggak hanya karena gangguan yang kasat mata tapi juga berakar dari masalah kejiwaan….
Meskipun jarang terjadi, obat-obatan tertentu bisa menjadi salah salah satu pemicu nymphomania. Contohnya pemberian hormon androgen untuk merawat penderita anemia, osteoporosis, endometriosis, dan gangguan seksual. Alkohol, amfetamin, dan kokain, yang digunakan secara terpisah atau digabungkan, juga bisa membuat gairah seksual melejit tinggi.
Saat ini, para ahli cenderung berpendapat bahwa nymphomania adalah ‘produk akhir’ dari sindrom psikiatris, atau merupakan akibat dari penganiayaan di masa kecil. Ada juga ahli yang menyodorkan teori bahwa nymphomania kadang-kadang merupakan usaha untuk melarikan diri dari kekosongan emosi.
Yang mereka cari, tuh, sebenarnya cinta dan komitmen, bukannya seks. Para penderitanya menganggap minat seksual sebagai perwujudan dari upaya untuk menemukan, menyelenggarakan, dan menciptakan ikatan dengan orang lain.
Apa pun penjelasannya, nymphomaniac memang sakit dan tak berdaya mengatasi ketidakmampuan mereka dalam mengendalikan diri. Banyak kasus menunjukkan bahwa pria-pria yang menjalin kontak dengan penderita nymphomania merasa jijik berhubungan intim dengan wanita yang secara insting dikenalnya sedang ‘sakit’.
Nggak usah terlalu panik atau cemas membaca penjelasan di atas. Anggap saja sebagai petunjuk praktis bagi Anda untuk mengenal diri sendiri. Anggap saja pengetahuan tentang nymphomania sebagai IQ. Nggak semua orang ber-IQ setinggi Albert Einstein tapi ada jutaan bahkan miliaran orang yang tetap merasa bahagia, fungsional, dan produktif sebagai manusia. Begitu pula dengan dorongan seks. Selama segalanya berjalan lancar-lancar saja, normal-normal saja, kan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 Media Pengetahuan All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.