Setiap hari kita bertemu bintang yang satu ini. Ia memberi kita
terang dan energi yang menopang kehidupan manusia di Bumi setiap
harinya. Itulah Matahari.
Tapi akhir-akhir ini kisah tentang Matahari seringkali membuat
masyarakat penuh kekuatiran. Cerita itu tak lain tentang meningkatnya aktivitas Matahari yang melepaskan ledakan-ledakan dan melontarkan massa koronanya ke ruang angkasa. Lontaran itulah yang sering dianggap membahayakan bagi Bumi. Kenyataannya? Hal tersebut tidaklah benar. Lontaran yang tiba di Bumi justru menyuguhkan fenomena aurora yang indah bagi masyarakat yang menetap di lintang tinggi.
Kisah aktifnya Matahari ini sempat mengkhawatirkan para ahli Fisika
Matahari karena aksi diamnya yang cukup lama. Bagaimana tidak, Matahari
yang seharusnya mengalami aktivitas maksimum setiap 11 tahun ternyata
justru berada pada kondisi minimum yang cukup lama. Tak hanya itu. Di
tahun 2008, siklus Matahari justru berada pada kondisi ter-minimum
selama hampir 1 abad. Pada masa itu, para peneliti tidak menemukan
adanya bintik Matahari, flare Matahari juga ikut surut dan Matahari
sangatlah tenang. Kondisi tenang di akhir siklus ke-23 tersebut juga
merupakan anomali dari berakhirnya siklus Matahari ke-23 yang seharusnya
sudah berakhir pada kisaran 2005-2006.
Kalau membayangkan kerja para ahli fisika Matahari, coba bayangkan
diri kita berada di samping kompor sambil menanti dengan tidak sabar
agar air di panci segera mendidih. Inilah yang terjadi pada para ahli
Matahari, mereka juga jadi tidak sabar menantikan kapan Matahari kembali
aktif karena ia tetap tenang apalagi setelah masa siklus ke-24 dimulai,
Matahari masih tetap melanjutkan aksi diamnya selama 18 bulan. Aksi
diam ini terjadi karena siklus ke-23 yang sebelumnya pun terlambat
berakhir akibatnya siklus yang baru terlambat dimulai. Diketahui juga
siklus Matahari yang ke-23 yang dimulai tahun 1996 merupakan siklus
ketiga terpanjang dalam sejarah pengamatan siklus Matahari. Salah satu
dampak yang diyakini adalah musim dingin ekstrim di belahan Bumi utara
pada tahun 2009 dan 2010.
Matahari Kembali Beraksi
Siklus Aktivitas Matahari terjadi dalam siklus 11 tahun, namun ketika
aktivitas minimum Matahari berlanjut lebih lama dari yang diperkirakan
ada sebagian ilmuwan yang berpendapat kalau kondisi minimum ini tidak
akan berakhir.
Kalau kata Richard Fisher, kepala divisi Heliophysics NASA, di Washington DC, “Sejak dulu kami sudah menunggu aktivitas Matahari datang menjemput.”
Kini akhirnya periuk itu sudah mulai mendidih. Dan Fisher serta para
peneliti lainnya bisa megakhir penantiannya karena kini mereka akan
menikmati berbagai aksi dari bintang bernama Matahari.
Matahari kembali pada kehidupannya yang penuh letupan dan dinamika.
Memasuki tahun 2011, bintik Matahari kembali tampak dan mereka memecah
kebekuan dengan berbagai aktivitas. Tanggal 15 Februari dan kemudian di tanggal 9 Maret, satelit yang mengorbit Bumi mendeteksi sepasang flare Matahari kelas X.
Flare jenis ini memancarkan sinar X yang paling kuat yang dipoduksi
Matahari. Terakhir kali para peneliti bisa menikmati ledakan seperti itu
terjadi bulan Desember 2006 saat siklus Matahari ke-23 mendekati akhir.
Ledakan lainnya terjadi lagi tanggal 7 Maret dan menghempaskan
milyaran ton awan plasma dari Matahari dengan kecepatan 2200 km/det.
Awan yang bergerak sangat cepat tersebut tidak langsung mengarah ke Bumi
namun ia tetap saja mengirimkan tirai cahaya yang indah ke medan
magnetik Bumi. Dan jika masih ada yang bertanya-tanya akankah
peningkatan Matahari berbahaya pada umat manusia di Bumi, maka
jawabannya pun masih sama. Tidak.
Dampak dari tabrakan lontaran awan dan medan magnetik Bumi pada
tanggal 10 Maret cukup cepat untuk mengirimkan cahaya utara tumpah ruah
melintas perbatasan Canada dan tampak di Amerika Serikat, khususnya di
wilahay Wisconsin, Minnesota dan Michigan. Lontaran massa korona
tersebut merupakan yang tercepat dalam 6 tahun terakhir. Kejadian yang
hampir serupa terjadi November 1997 saat siklus Matahari ke-23 dimulai.
Artinya, kejadian serupa kembali menandai dimulainya siklus Matahari
yang baru atau siklus Matahari ke-24. Siklus 24 yang dimulai dengan
lambat bukanlah sekedar periuk yang sedang ditunggu terlambat untuk
mendidih tapi dari sejarah pengamatan siklus Matahari, siklus ke-24 ini
memang sangat lambat untuk dimulai.
Semenjak pertama kali diamati dan direkam jejak terjadinya siklus
Matahari di pertengahan abad ke-18. Dari keseluruhan silus yang sudah
diamati tersebut, hanya ada 4 siklus yang dimulai lebih lambat dari
siklus ke-24. Tiga di antaranya berada pada Dalton Minimum atau periode
dimana aktivitas matahari sangat minim pada awal abad ke-19. Dan siklus
ke-4 yang lebih lambat itu adalah siklus Matahari ke-1, di kisaran tahun
1755. Penentuan tingkat keterlambatan dimulainya sebuah siklus
dilakukan dengan menggunakan bintik matahari sebagai parameter kunci
dari aktivitas Matahari. Dan meskipun ada peningkatan bintik Matahari
akhir-akhir ini, tetap saja tidak mengubah kesimpulan yang ada kalau
“Siklus Matahari ke-24 terlambat dimulai”.
Tapi, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali bukan?
Matahari Yang Terlambat Bergolak
Rabu, 21 Maret 2012
Label:
Tips Info Astronomi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar