
Cahaya
Bumi menyebabkan Bulan tampak sabit dan purnama di saat bersamaan.
Kredit : X-ray: NASA's Chandra X-ray Observatory/ESA's XMM-Newton;
Optical: Cerro Tololo Inter-American Observatory
Tapi, sinar planet ini sangat redup dan tenggelam dalam terangnya cahaya bintang, sehingga sulit untuk diamati. Namun ketika cahaya bintang dipantulkan oleh planet, sesuatu terjadi pada cahaya itu dan mengubah beberapa sifatnya. Bagi para astronom cahaya yang berubah tersebut “terpolarisasi”. Karena itu, dengan mengamati secara khusus cahaya yang terpolarisasi itu, astronom dapat memilah cahaya redup dari planet.
Para astronom pun mencobanya dengan mempelajari cahaya Bumi. Hasilnya, mereka bisa mengetahui kalau sebagian atmosfer Bumi merupakan awan dan di permukaannya terdapat lautan dan tumbuhan. Artinya, para astronom menemukan kehidupan di Bumi! Mungkin hal ini terdengar bodoh, tapi metode baru tersebut bisa diterapkan untuk mencari kehidupan di planet lain di alam semesta!
Fakta menarik : Awan di Bumi memantulkan lebih banyak cahaya Matahari daripada lautan dan daratan. Artinya, cahaya Bumi akan lebih terang jika sedang berawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar