Closterium moniliferum,
salah satu jenis ganggang mikro yang hidup di air tawar, memiliki
potensi untuk membersihkan limbah nuklir yang larut dalam air. Potensi
tersebut dipaparkan oleh ilmuwan Northwestern University di Evanston
Illinois, Minna Krejci, dalam acara American Chemical Society di
Anaheim, California.
Menurut Krejci,
alga tersebut mampu membersihkan limbah Strontium-90, salah satu limbah
nuklir paling berbahaya dan memiliki waktu paruh 30 tahun. Closterium moniliferum
akan menyaring Strontium-90 dari air, mengakumulasi dalam bagian
sel-nya yang disebut vakuola dan mengendapkannya dalam bentuk kristal.
Ada
sekian tantangan untuk mewujudkan potensi itu. Pertama, limbah reaktor
nuklir maupun material radioaktif yang tak sengaja keluar lebih kaya
akan kalsium daripada strontium. Ini mempersulit akumulasi strobnsium ke
sel alga tanpa harus mengakumulasikan klasiumnya. "Kita butuh metode
pemilihan yang sangat selektif dan efisien," kata Krejci.
Kedua,
sebenarnya alga ini lebih "cinta" pada Barium sehingga cenderung
mengambil unsur tersebut daripada strontium. Tapi, karena strontium
memiliki ukuran dan karakteristik antara barium dan kalsium, maka
nantinya strontium juga akan terambil. Sementara, kalsium yang memiliki
sifat lebih jauh dari unsur tersebut akan tertinggal atau tak
terakumulasi.
Kini Kreijci sedang
berupaya untuk mengetahui pembentukan kristal dan akumulasi strontium
yang lebih selektif. Sejauh ini, telah diketahui bahwa alga tak pernah
sengaja membawa strontium ke dalam sel. Kristal terbentuk karena
tingginya konsentrasi sulfat dalam vakuola, menyebabkan barium dan
strontium dengan kelarutannya yang rendah cepat mengendap.
Untuk
mengoptimalkan akumulasi strontium, Kerijci punya beberapa alternatif.
Limbah reaktor nuklir atau material radioaktif yang tak sengaja keluar
bisa diperkaya dengan barium sehingga memacu alga untuk mengambil
strontium pula. Menurut Kreijci, ini bukanlah hal sulit sebab hanya
sedikit saja barium yang dibutuhkan.
Kemungkinan
lain adalah merekayasa konsentrasi sulfat di lingkungan alga tumbuh
sehingga akan mempengaruhi perubahan konsentrasi sulfat di dalam
vakuola. "Sekali kita mengetahui bagaimana sel merespon kondisi ini,
kita bisa berpikir dengan lebih elegan tentang cara memanipulasinya,"
papar Kreijci yang memublikasikan idenya di Jurnal Nature.
Hingga kini Kreijci belum mengetes ketahanan Closterium moniliferum
di lingkungan radioaktif. Tapi, meski ketahanannya rendah, alga pasti
bisa mengakumulasi strontium sebab prosesnya cuma memakan waktu singkat.
"Hanya 30 menit hingga 1 jam untuk mengendapkan kristal. Jika tambahan
dibutuhkan, mereka mudah untuk dikulturkan," kata Kreijci.
Gija
Geme, ahli kimia dari University of Central Missouri mengatakan, "ini
adalah hot topics." Menurutnya, kajian Krejci tentang pengakumulasian
logam sangat signifikan dampaknya bagi lingkungan. Ia meminta Kreijci
untuk tak terlalu lama meneliti mengapa alga mengakumulasi unsur
tersebut sebelum mengetesnya langsung dalam membersihkan limbah
radioaktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar